Sesuatu yang mengejutkan datang di hadapan. Ketika
sosok yang telah lama aku nanti tiba-tiba berdiri didepan mata. Tiga bulan
lamanya dia tak beri kabar dan salam sapa padaku. Tapi malam ini dia hadir dan
datang dengan senyum yang lama aku nanti. Semua rasa tercampur menjadi satu,
bahagia, sedih, dan amarah. Tercampur menjadi gumpalan yang mendesak hati untuk
mengungkapkannya. Tatapannya membuat luruh semua rasa ini. Maaf...itu yang dia
utarakan untuk menutup segala kekeliruan dan kesalahanya. Sujud dia berikan
pula kepada orang tua ku yang turut merasakan kepedihan yang aku rasakan karena
ketidak jujurannya. Senyum indah mulai mengembang dalam jiwa yang rapuh. Kini
mencoba kembali lalui dengan semangat baru, karena penopang hati telah kembali.
Kemana aku pergi kini tak lagi sendri, senyum dan
tawa dapat aku rasakan bersama dengan genggamannya. Sungguh kemesraan yang
telah lama aku rindukan. Sedikit curahan rasa dan tawa mengiringi hari-hari
yang kita lalui. Senantiasa memberi perhatian dan sayang yang tak pernah
terlupa setiap detik. Dan hal ini yang selalu aku tunggu dari seorang lelaki
yang menjadi idaman aku selama ini. Hati berseru betapa bahagianya aku kini dia
telah kembali. Itulah yang selalu aku panjatkan ketika kaki ku bersejud
padaNya.
Namun semua berubah ketika suatu hari dia tak beri
sapa padaku. Gelisah dan cemas menjadi pengisi hari-hariku saat itu. Kemana
kau...sedang apa kau...dengan siapa kau...kenapa kau kembali seperti dulu.
Lirihku dalam hati. Aku selalu bersabar tuk tetap memberi dia kasih dan sayang,
ku berikan apa yang dia minta dan dia inginkan. Tak pernah ku coba melawan karena
terlalu besar cinta yang telah aku berikan kepadanya. Hati terasa teriris-iris
ketika kini tak ku temukan sayang yang ada pada dirinya. Semakin terpuruk dan
tergores oleh prasangka yang buruk tentangnya. Tak mengerti kenapa dia kembali
seperti orang asing yang dulu.
Kepedihan hati semakin menumpuk saat dia katakan
aku tak bisa lagi bersamamu. Derai air mata tak bisa aku bendung lagi. Basah
pipi hingga ujung dagu ku, mengingat betapa kejam dan kejinya dia mencapakan perasaan
ku yang telah ku curahkan. Semudah itukah mengubur kenangan yang indah, kenapa
semudah itu menodai janji hati. Hancur berkeping-keping menjadi puing-puing
yang terpisah. Entah apa yang dia pikirkan tanpa tatap muka, tanpa tegur sapa
dan senyum,dengan mudah dia katakan maaf. Untuk kedua kalinya dia katakan itu.
Tapi ini maaf yang membuatku makin terpuruk. Terperosok dalam kepedihan, sakit
dan sakit. Tak ada gairah lalui setiap perjalanan hidup. Tak ada semangat
mengarungi lelahnya hari. Hanya sujud dan pinta ku pada illahi memberi jiwa
yang tegar dan kuat mengahadapi orang yang menghancurkan impian ku.Tiap detik,
tiap menit masih saja terbayang wajahnya, suaranya dan senyumnya. Sampai kapan ini
akan membelenggu jiwa, menghantui setiap langkahku. Ku coba buang dan kubur
dalam-dalam, tapi semakin ku coba semakin terasa berat.
Kini hanya coba melangkah dengan pasti maju
kedepan tanpa harus menengok kebelakang lagi. Tak peduli apa yang terjadi di
belakangkku. Itu hanya sebagia sebuah cerita yang sudah aku bukukan dan tak kan
aku buka lagi. Biarlah semua cerita pahit dan manis itu menjadi bingkisan
hidupku yang paling berharga. Menjadikan ku lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan hati.
Terimakasih cinta mengajarkanku kedewasaan dengan
kepedihan dan kesengsaraan. Kini ijinku menjadi jiwa yang baru dan merasakan
cinta yang baru pula. Hidup dengan kebahagiaan cinta yang sejati....
No comments:
Post a Comment