Berawal
dari senyum dan kedipan mata yang manja. Rayuan dan gurauan manis menjadi bumbu
awal perjalanan kita. Saling sapa dengan kecanggungan diri masing-masing. Namun
semua mengalir dengan selarasnya waktu. Tak pernah dirancang dan dirangkai
indah. Celoteh dan bisikan tetangga menjadi perekat kedekatan kita. Semakin
mencari-cari ketika diantara kita tak tampak pada pandangan mata. Perhatian
yang dicuri-curi terkadang terlihat di depan mereka dan ini menjadi pujian baru
untuk kita. Mencoba sembunyi di balik tawa kita namun hati takkan mampu
berdusta.
Saat
waktu memberi pintu, tak pernah ku sangka semua terjadi. Ketika kau lukis kata
mutiara untukku di atas panggung keramaian. Hati yang diam berubah cair dan
tumpahlah luapan hatiku di hadap mu dan semua tawa. Sungguh hadiah dan kado
spesial sepanjang perjalannan ku. Hati ku terus bertanya dengan pasti. Apakah
ini kasih? Akankah ku sanggup sakit jika di penghujung aku akan rapuh? Namun
keraguan tertimbun oleh sayang mu. Pujian menjadi keyakinan ku. Kini kita telah
menjadi dalam satu langkah dan ini bukan rahasia lagi bagi dunia. Yang hanya
tawa dan senyum manja, sekarang menjelma menjadi dekap, peluk hangat. Sentuhan
tangan lembut mengantarkan kita pada perjalanan cinta. Mengarungi setiap detik
dengan tawa dan sayang. Berlalunya hari kita rangkai dengan lukisan indah dunia
kita. Walaupun terkadang goresan air mata pernah singgah tapi semua mampu kita
basuh dengan kasa pengertian. Sosok diri yang bergulir menjadi pembuka mata
akan lebih dan kurang kita. Hati ku yang masih tertatih melangkah pasti, kini
berusaha tegak bersama langkah dan nafas mu. Kita pernah arungi rasa pedih dan
bahagia pada dunia kita masing-masing. Kini kita menyatu dalam kasih dan damai
cinta.
Semua
telah menjadi pijakan kita, berusaha memberi dan menerima segala yang kita
punya. Terkadang bisik rasa beda itu terlahir. Namun semua kita biarkan berlalu
lari menghilang. Tapi semakin di lepas semakin tak mampu pergi. Semua perasaan
itu menjadi penghuni batin yang tenang. Mulai berlari, bergejolak di dalamnya.
Sekarang sedikit teruraikan mimpi dan idaman hati. Memohon menjadi lukisan yang
di idamkan dunia mu. Meminta warnai
dunia dengan goresan indah tulisan ku. Namun kerapuhan raga menjadi pengahalang
di dalamnya. Meski rasa cinta ini mendorong untuk merengkuhnya, tapi terkadang
masih saja aku lalai dan luput akan kata-kata mu. Dan hal ini yang menjadi bara
diantara kita yang masih membara. Meskipun telah disiram api kesabaran tapi
asap kemarahan masih tercium. Sungguh langkah ini telah mencoba berlari
bersamamu namun daya raga ini sulit mengejarmu. Akankah kau tetap melaju
tanpaku? Dan akankah kau tetap mengajakku berlari meski ku harus terjatuh dan
sakit. Tak sadar akan masing-masing diri yang masih berdiri di atas keegoisan diri. Menginginkan sesuatu tanpa melihat apa dan
pada siapa kita memohon. Semua memang menjadi penghalang yang sering terlintas.
Ku tau ini hanya sebatas meminta untuk kebaikanku. Namun dirimu terkadang seperti
rantai yang mencekik leherku hingga ku tak mampu berkata bernafas dan merasa.
Mungkin maaf bukanlah ungkapan yang kau tunggu bukan pula airmata yang kau
tunggu dari ku. Bagaimanakah cara ku merobohkan kerasnya hatimu. Tak sadarkah
kau telah menggores setitik noda pada kasihku. Aku memang bodoh dan rapuh, tak
mampu ku menjadi apa yang kau minta, mungkin hanya sedikit tawa dan cinta yang
ku punya. Maaf, maaf dan maaf hanya itu dan hanya itulah yang bisa ku utarakan
untuk menyakinkan hatimu yang membeku keras.
Hanya
satu yang tak pernah luput pada setiap langkah hariku, aku selalu sayang akan
ragamu dan kasihmu dengan segala baik dan buruk cintamu. Kekasih aku selalu
sayang padamu.
No comments:
Post a Comment