Tuesday, July 3, 2012

KISAH KITA

Berawal dari senyum dan kedipan mata yang manja. Rayuan dan gurauan manis menjadi bumbu awal perjalanan kita. Saling sapa dengan kecanggungan diri masing-masing. Namun semua mengalir dengan selarasnya waktu. Tak pernah dirancang dan dirangkai indah. Celoteh dan bisikan tetangga menjadi perekat kedekatan kita. Semakin mencari-cari ketika diantara kita tak tampak pada pandangan mata. Perhatian yang dicuri-curi terkadang terlihat di depan mereka dan ini menjadi pujian baru untuk kita. Mencoba sembunyi di balik tawa kita namun hati takkan mampu berdusta.
Saat waktu memberi pintu, tak pernah ku sangka semua terjadi. Ketika kau lukis kata mutiara untukku di atas panggung keramaian. Hati yang diam berubah cair dan tumpahlah luapan hatiku di hadap mu dan semua tawa. Sungguh hadiah dan kado spesial sepanjang perjalannan ku. Hati ku terus bertanya dengan pasti. Apakah ini kasih? Akankah ku sanggup sakit jika di penghujung aku akan rapuh? Namun keraguan tertimbun oleh sayang mu. Pujian menjadi keyakinan ku. Kini kita telah menjadi dalam satu langkah dan ini bukan rahasia lagi bagi dunia. Yang hanya tawa dan senyum manja, sekarang menjelma menjadi dekap, peluk hangat. Sentuhan tangan lembut mengantarkan kita pada perjalanan cinta. Mengarungi setiap detik dengan tawa dan sayang. Berlalunya hari kita rangkai dengan lukisan indah dunia kita. Walaupun terkadang goresan air mata pernah singgah tapi semua mampu kita basuh dengan kasa pengertian. Sosok diri yang bergulir menjadi pembuka mata akan lebih dan kurang kita. Hati ku yang masih tertatih melangkah pasti, kini berusaha tegak bersama langkah dan nafas mu. Kita pernah arungi rasa pedih dan bahagia pada dunia kita masing-masing. Kini kita menyatu dalam kasih dan damai cinta.

Semua telah menjadi pijakan kita, berusaha memberi dan menerima segala yang kita punya. Terkadang bisik rasa beda itu terlahir. Namun semua kita biarkan berlalu lari menghilang. Tapi semakin di lepas semakin tak mampu pergi. Semua perasaan itu menjadi penghuni batin yang tenang. Mulai berlari, bergejolak di dalamnya. Sekarang sedikit teruraikan mimpi dan idaman hati. Memohon menjadi lukisan yang di idamkan dunia mu. Meminta warnai dunia dengan goresan indah tulisan ku. Namun kerapuhan raga menjadi pengahalang di dalamnya. Meski rasa cinta ini mendorong untuk merengkuhnya, tapi terkadang masih saja aku lalai dan luput akan kata-kata mu. Dan hal ini yang menjadi bara diantara kita yang masih membara. Meskipun telah disiram api kesabaran tapi asap kemarahan masih tercium. Sungguh langkah ini telah mencoba berlari bersamamu namun daya raga ini sulit mengejarmu. Akankah kau tetap melaju tanpaku? Dan akankah kau tetap mengajakku berlari meski ku harus terjatuh dan sakit. Tak sadar akan masing-masing diri yang masih berdiri di atas keegoisan diri. Menginginkan sesuatu tanpa melihat apa dan pada siapa kita memohon. Semua memang menjadi penghalang yang sering terlintas. Ku tau ini hanya sebatas meminta untuk kebaikanku.  Namun dirimu terkadang seperti rantai yang mencekik leherku hingga ku tak mampu berkata bernafas dan merasa. Mungkin maaf bukanlah ungkapan yang kau tunggu bukan pula airmata yang kau tunggu dari ku. Bagaimanakah cara ku merobohkan kerasnya hatimu. Tak sadarkah kau telah menggores setitik noda pada kasihku. Aku memang bodoh dan rapuh, tak mampu ku menjadi apa yang kau minta, mungkin hanya sedikit tawa dan cinta yang ku punya. Maaf, maaf dan maaf hanya itu dan hanya itulah yang bisa ku utarakan untuk menyakinkan hatimu yang membeku keras.
Hanya satu yang tak pernah luput pada setiap langkah hariku, aku selalu sayang akan ragamu dan kasihmu dengan segala baik dan buruk cintamu. Kekasih aku selalu sayang padamu.

No comments:

Post a Comment